Guru Honorer, Nasibmu

10171173_748172931881208_4644936751716842553_nJAKARTA – Urusan gaji memang sensitif, termasuk untuk para guru. Hingga kini, nuansa diskriminasi kental terasa antara guru tetap PNS dan guru honorer. Jika di kota besar guru bisa mengantongi hingga jutaan rupiah per bulan, maka di beberapa daerah banyak guru hanya membawa pulang uang Rp100 ribu setiap bulannya.

Namun, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh membantah keras hal tersebut. Dia menegaskan, sebagian guru honorer mendapatkan tunjangan profesi guru sebesar Rp1,5 juta per bulan.”Guru-guru non-Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah dapat tunjangan fungsional, sehingga menurut hitung-hitungan kami, tidak ada guru honorer digaji hanya Rp200 ribu sampai Rp300 ribu per bulan,” ujar Nuh, di Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Jumat(2/5/2014).

Menurut Nuh, tunjangan Rp1,5 juta per bulan tadi terdiri dari tunjangan fungsional minimal sebesar Rp350 ribu. Tunjangan ini
diberikan Kemendikbud setiap bulan. Komponen lainnya, 20 persen dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) juga diberikan
untuk intensif kepada guru honorer.

“Tambahan dari dana BOS tersebut diberikan kepada guru honorer yang sudah memiliki sertifikasi dan tidak berlaku untuk PNS,” imbuhnya.(rfa)

4 Tanggapan

  1. mf,,, pak mentri,,,, coba anda turun langsung ke Kab. lombok Utara,,,, apakah sama dengan yang anda ungkapkan?
    menurut saya, penyampaian anda berbanding terbalik dengan realita yang ada

  2. membantah itu tindakan yang keliru…namaku dono susilo dari pati jawa tengah.gajiku dua ratus tujuh puluh lima ribu per bulan..sumpah demi allah…kok iso-isone ngomong koyo ngono pa-pak!

  3. alokasi dana untuk guru honorer tidak ada dari dana BOS pak menteri,, yang dibayar hanya tunjangan jabatan saja, untuk jam mengajar yang dibayarkan hanya kelebihan jamnya saja, misalnya mengajar 26 jam perminggu, maka yang dibayarkan hanya 2 jam saja (selisih 26-24 jam) pak.

  4. Itu hanya segelintir saja, kami yg notabene berjuang untuk pemerintah hanya bawa pulang 150 rb.intensif tak dpt, sertifikasi tak bisa, terganjal ini dan itu. Padahal 16 th, sy mengabdi, sy tak kan menyerah krn untk mendapatkan Sarjana sy hrs mengorbankan masa remaja sy untuk bekerja. Kdng sy berfikir dimata mereka ternyata lebih mulia psk, krn klau psk diminta berhenti di kasih 5 jt, klau kami saat kosong km diminta untuk mengajar tp saat ada gguru pns baru kami dilupakan, tnp konpensasi, Aq br tahu ternyata orang2 intelek justru banyak yg tak perasaan. . . .

Tinggalkan komentar